Jumat, 15 Januari 2016

Rumah Terduga Teroris di Cirebon Terdapat Tulisan "Islamic State"

Densus 88 juga menangkap terduga teroris lainnya di Desa Orimalang, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat (15/1) siang. Sebelumnya, dua orang ditangkap di Desa Bakung Kidul, Kecamatan Jamblang, saat memesan nasi goreng, Kamis (14/1) malam.   

Polisi menggerebek salah satu rumah di RT 03 RW 03 Desa Orimalang. Petugas gabungan yang terdiri dari Densus 88, Brimob, Polres Cirebon dan Polsek Klangenan bersenjata lengkap dibantu TNI mengepung rumah terduga teroris.

Suasana pun menjadi tegang. Terlebih setelah polisi melakukan sterilisasi akses jalan dan daerah sekitar rumah terduga teroris.

Seluruh penghuni rumah kemudian diperintahkan untuk keluar dari rumah. Salah satunya kemudian yang diamankan yakni Cu (32) yang tidak lain adalah kakak kandung dari Do yang sebelumnya sudah diamankan. Setelah diamankan, polisi pun langsung masuk ke rumah Cu. Setiap sudut rumah cu diperiksa secara teliti.

Sejumlah barang-barang pun dibawa petugas seperti bendera, buku-buku jihad, sejumlah dokumen, senjata tajam, senapan angin dan benda-benda lain yang diduga terkait dengan keberadaan organisasi terlarang yang melakukan aksi teror di Indonesia. 

Anehnya aktivitas yang dilakukan keluarga Cu dilakukan terang-terangan. Bahkan di bagian depan rumah Cu terpampang tulisan besar “Islamic State” dengan warna hitam.

Otomatis siapa pun yang lewat jalan tersebut pasti melihat tulisan besar tersebut. Terlebih tempat cu sering dijadikan tempat kumpul-kumpul dari mulai pengajian hingga diskusi hingga malam hari.

Bagian depan rumah terdapat sebuah lemari dari kayu yang di dalamnya terdapat banyak sekali buku bacaan dari mulai petunjuk jihad dan cara memerangi Amerika

Fara, PNS yang Gabung Gafatar itu Ternyata Pintar, Dijemput Lelaki Bercelana Cingkrang

DINAS Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang (DPUCKTR) Pemprov Jatim mengakui bahwa ada pegawainya yang hilang tanpa keterangan sejak 19 Nopember 2015, yaitu Faradina Ilma. Wanita yang diangkat menjadi pegawai melalui tes CPNS umum sejak tahun 2014 itu merupakan pegawai DPUCKTR Bidang Tata Ruang.
Ia dikenal sebagai pegawai yang rajin, aktif dan supel dalam bergaul. Hal itu disampaikan Kepala  Dinas DPUCKTR Gentur Sandjoyo, Rabu (13/1).

Pihaknya menyatakan, Fara, begitu ia biasa disapa adalah karyawan yang rajin dan termasuk berprestasi.  
”Dia pegawai rajin dilihat dari tugas tugas yang selalu dapat dikerjakan tepat waktu. Dia melamar ke sini sebagai lulusan Planologi Undip. Dia juga sedang sekolah master di universitas dan jurusan yang sama. Dia anak yang pintar,” kata Gentur.  

Lebih lanjut, pria berkacamata ini menyebutkan, selama menjadi pegawai di instansinya, Fara termasuk anak yang supel. Dengan pegawai pegawai lain, dia juga tampak grapyak dan tidak tertutup. Meski begitu berdasarkan informasi yang ia himpun Fara tidak pernah ketahuan ada perilaku yang aneh.Apalagi menunjukkan tanda tanda ikut gerakan organisasi yang dilarang pemerintah. ”Dia kalau ke kantor itu naik sepeda onthel begitu, karena kosnya dekat di sini di Jambangan,” imbuhnya. Fara sudah tidak masuk bekerja sejak 19 November 2015. Saat itu Fara beralasan  tidak  bisa  pergi  ke kantor karena alasan sakit.

Kasie Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Bidang Tata Ruang Wawan Cahyoko sempat mengontak Fara keesokan harinya untuk menanyakan kondisinya. Saat itu nomor ponsel Fara masih aktif. ”Pas saya telepon memang sengau begitu suaranya, saya telepon niatnya memang untuk cek kondisinya apa sudah sembuh atau bagaimana. Tapi katanya memang masih sakit,” ulas Wawan.

Akan tetapi ternyata pada 21 November hingga 22 November saat pihaknya mencoba menghubungi kembali, nomor Fara sudah tidak bisa dikontak.
Wawan segera meminta rekan dekat Fara di kantor untuk mengecek di kos-kosan Fara di Jambangan.  
Namun, saat dikunjungi ke sana kamar kos Fara sudah kosong. Barang barang milik Fara sudah tidak ada yang tersisa.”Dia meninggalkan surat di pintu. Katanya ia pamitan, karena dia pindah kos,” cerita Wawan. Pihak DPUCKTR segera menghungi orang tua Fara. Dan ternyata pihak orang tuanya pun juga tidak  mengetahui kepergian Fara.

Sebab Fara juga tidak memberi kabar ke orang tuanya. Akhirnya mereka memutuskan untuk melaporkan hilangnya Fara ke polsek setempat.”Kami sama sekali tidak bisa menduga kalau dia ikut organisasi tertentu. Sebab perawakannya juga biasa, tidak begitu menonjol juga tidak pendiam. Penampilannya juga bukan pake cadar atau semacamnya,” tuturnya. Bukan hanya para atasan yang merasa kehilangan Fara. Beberapa rekan Fara juga merasakan hal serupa.  Salah satunya adalah Sujarwanto.

Rekan Fara di DPUCKTR ini memang sudah tak pernah kontak dengan Fara sejak gadis berambut ikal itu  menghilang.Yang ia ingat, kesan tentang Fara adalah gadis yang ramah dan energik. ”Kalau ke kantor naik sepeda  begitu. Tapi kadang dia suka dijemput oleh lelaki, kayaknya pacarnya ya. Yang celananya cingkrang  dan berjenggot tipis,” ulasnya.


  

Kamis, 14 Januari 2016

Polisi Bekuk 2 ABG Sindikat Curanmor Lintas Kota

Meski masih di bawah umur, AG (16) dan WD (17), sudah terlibat sindikat pelaku pencurian kendaraan bermotor (curanmor). Dua anak baru gede (ABG) warga Jl Tambak Sumur, Waru, Sidoarjo, itu sudah melakukan aksinya di beberapa kota di Jawa Timur. 
Kanit Reskrim Polsek Pakal AKP Oloan Manullang mengatakan, kedua pelaku berhasil ditangkap saat melakukan aksinya di kawasan Perum Pondok Benowo Indah (PBI) Surabaya pada Senin (11/1) lalu. Aksi tersangka kepergok pemilik kendaraan, yakni Budiarto. 
Saat itu, sepeda motor korban yang diembat komplotan curanmor ABG ini sedang diparkir di teras rumah. Saat itu pelaku sudah berhasil merusak kunci dan menuntun sepeda motor korban. 
"Tapi karena korban tahu, dua tersangka ini langsung diteriaki maling hingga berhasil diamankan warga. Kebetulan saat itu anggota sedang melintas, tersangka pun langsung diamankan,” kata Manullang, Selasa (12/1).

Menurut dia, meski masih di bawah umur, kedua tersangka sudah lihai beraksi. Mereka hanya berbekal kunci motor dan kunci T sudah mampu menggondol sepeda motor yang ditinggal pemiliknya meski dalam keadaan terkunci hanya dalam hitungan detik. 
Modusnya, mereka lebih dulu berkeliling mencari sasaran dengan berboncengan mengendarai satu motor. Setelah mendapatkan target, mereka pun berbagi tugas. AG bertugas mangawasi kondisi sekitar, sedangkan WD sebagai pemetik.  

“Setelah berhasil merusak kunci kontak, mereka lantas membawa motor itu sambil memasukkan kunci motor serep yang sudah dipersiapkan untuk mengalihkan kecurigaan orang," lanjutnya. 
Yang menarik, untuk mendongkrak nyali, kedua anak di bawah umur ini lebih dulu memakai “doping” berupa pil koplo yang memiliki efek anti-cemas dan anti-takut. Hal itu mereka lakukan untuk menambah keberanian saat beraksi. 

“Buktinya saat diamankan, kedua tersangka masih dalam pengaruh obat terlarang (pil koplo, red),” ungkap mantan anggota Satuan Reskoba Polrestabes Surabaya itu.